Kesenian tanjidor menrupakan salah satu iringan musik yang sangat kental dengan budaya masyarakat Betawi. Kata Tanjidor sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Portugis "tanger" yang artinya memainkan alat musik. Sedangkan kata"Tangedor" dapat diartikan alat-alat berdawai yang mana sangat bertentangan dengan fakta bahwa kebanyakan instrumen yang digunakan dalam kesenian ini adalah alat musik tiup dan beberapa alat musik pukul.
Mengenai sejarah kesenian yang satu ini terdapat beberapa pendapat yang berbeda dari beberapa pakar sejarah. Ernst Heinz, seorang pakar musik dari Belanda mengadakan sebuah penelitian mengenai musik rakyat pinggiran Jakarta pada tahun 1973 dan menyimpulkan bahwa kesenian tanjidor berasal dari para budak belian yang diperintahkan untuk memainkan alat musik sebagai hiburan bagi majikannya. Pada mulanya para pemain tersebut biasanya adalah serdadu dan pada budak kompeni. Setelah sistem perbudakan dihapuskan, maka pemain tanjidor disewa sebagai pemusik bayaran.
Kesenian Tanjidor yang kadang-kadang disebut sebagai musik jazz betawi ini terdiri dari sekumpulan pemain musik yang jumlahnya bisa mencapai 10 orang di mana masing-masing memainkan beberapa alat musik yang berbeda seperti klarinet, saxophone, trombone, tambur dan cymbal. Awalnya musik tanjidor ini dimainkan dengan aturan nada diatonis(dua belas nada yang berjarak sama) yang biasanya memainkan aransemen musik berirama mars dari beberapa lagu eropa.
Sampai sekarang di Portugal tangedores mengikuti pawai-pawai keagamaan pada pesta penghormatan pelindung masyarakat, misal pesta Santo Gregorius, pelindung Kota Lissabon, tangga124 Juni. Alat-alat yang dipakai adalah tambur Turki, tambur sedang, seruling dan aneka macam terompet. Biasanya pawai itu diikuti boneka-boneka besar yang selalu berjalan berpasangan. Satu berupa laki-laki, yang lain perempuan, dibawa oleh dua orang, yang satu duduk di atas bahu orang yang berjalan. Boneka-boneka itu mirip dengan Ondel-ondel Betawi yang mengiringi rombongan Tanjidor.
Pada perkembangannya, musik tanjidor masa kini banyak memainkan lagu-lagu betawi seperti Surilang, jali-jali, Kicir-kicir dan beberapa lagu betawi lainnya. Mirisnya, invasi kebudayaan musik modern kian menyurutkan pamor dari kesenian yang identik dengan tempat kelahiran si Pitung ini. Kebanyakan pemusik tanjidor masa kini adalah para orangtua yang umumnya memang diwarisi bakat memainkan musik tanjidor dari pendahulunya.
No comments:
Post a Comment