Angklung; Musik Pemikat Dewi Sri.Hampir semua orang mengenal alat musik yang satu ini. Angklung memang menjadi salah satu alat musik yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Suara khas yang dikeluarkan oleh alat musik yang satu ini bahkan mengundang kekaguman dari para penikmat musik tradisional dari mancanegara. Kali ini kita akan sedikit membahas mengenai sejarah alat musik angklung yang didapat dari berbagai sumber.
Mengenai sejarah musik angklung yang diidentikkan dengan kebudayaan masyarakat sunda berasal dari pola hidup masyarakat sunda buhun yang agraris. Padi/pare yang menjadi komoditas utama masyarakat sunda pada waktu itu melahirkan kepercayaan mengenai Dewi Sri sebagai dewi padi yang dipercaya mendatangkan berkah panen. Masyarakat Baduy, yaitu masyarakat yang hingga kini masih menjalani kehidupan dengan tradisi sunda asli menjadikan angklung sebagai sebuah ritual yang mengawali penanaman padi. Menurut kepercayaan, permainan angklung dapat memikat dewi Sri untuk turun ke bumi dan memberi kesuburan pada ladang padi masyarakat.
Sejarah tentang penamaan angklung sendiri memiliki beberapa versi. Ada yang berpendapat bahwa angklung sendiri berasal dari bahasa Bali. Ang yang berarti nada dan klung yang memiliki arti rusak. Kemudian penggunaan angklung ini mulai menyebar ke beberapa daerah di Indonesia hingga ke negara-negara tetangga seperti Filipina yang juga memiliki alat musik tradisional yang bentuknya hampir mirip dengan angklung.
Angklung sendiri terbuat dari bilahan bambu(awi). Ada yang terbuat dari bambu hitam(awi wulung), ada juga yang terbuat dari bambu putih(awi temen). Nada yang dihasilkan oleh angklung sendiri dikeluarkan dari benturan batang-batang bambu yang ukurannya disesuaikan agar menghasilkan nada yang berbeda ketika dimainkan dengan cara digoyangkan.
Daeng Soetigna |
Adalah Daeng Soetigna adalah seorang tokoh yang berjasa dalam mempopulerkan angklung modern hingga membawa tim angklung binaannya untuk unjuk kebolehan pada KAA di Bandung pada tahun 1955. Pada waktu itu Daeng Soetigna, pria kelahiran Garut,13 mei 1908 yang berprofesi sebagai guru kesenian dan pengajar Kepanduan(pramuka) mulai tertarik dengan permainan angklung yang dimainkan oleh beberapa pengamen angklung jalanan. Kemudian ia pun berfikir bagaimana caranya agar angklung dapat menjadi sebuah alat musik yang dapat digunakan dalam pengajaran musik bagi para muridnya di sekolah. Ia pun kemudian mendatangi seorang ahli pembuat angklung yang bernama Aki Djaja dan meminta bantuan beliau untuk mengajarkan membuat angklung. Setelah melalui beberapa eksprimen, akhirnya tercipta angklung bernada diatonis yang dapat digunakan untuk membawakan aransemen musik barat sekalipun yang dikenal dengan nama angklung padaeng yang kita kenal sekarang ini. Berkat jasa beliau, Daeng Soetigna mendapatkan penghargaan Satyalenca Kebudayaan dari Presiden Soeharto pada tahun 1968 dan Anugerah Bintang Budaya Parana Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007.
Hingga kini angklung merupakan salah satu alat msuik tradisi Indonesia yang patut dibanggakan. Angklung telah terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010. Adapun salah satu paguyuban sunda yang hingga kini masih berperan aktif dalam melestarikan angklung adalah Saung Angklung Udjo yang berlokasi di daerah Padasuka Bandung yang kerap mengadakan pementasan angklung interaktif yang acapkali mendapat antusiasme yang tinggi dari para pengunjung, terlebih lagi bagi pada turis asing yang berkunjung ke daerah Bandung.
Referensi artikel : id.wikipedia.org, angklung-web-institute.com
No comments:
Post a Comment